Kayu merupakan bahan pengemas tertua yang diketahui oleh manusia, dan secara tradisional
digunakan untuk mengemas berbagai macam produk pangan padat dan cair seperti buah-buahan
dan sayuran, teh, anggur, bir dan minuman keras. Kayu adalah bahan baku dalam pembuatan palet,
peti atau kotak kayu di negara-negara yang mempunyai sumber kayu alam dalam jumlah banyak.
Tetapi saat ini penyediaan kayu untuk pembuatan kemasan juga banyak menimbulkan masalah
karena makin langkanya hutan penghasil kayu.
Penggunaan kemasan kayu baik berupa peti, tong kayu atau palet sangat umum di dalam
transportasi berbagai komoditas dalam perdagangan intrenasional. Pengiriman botol gelas di dalam
peti kayu dapat melindungi botol dari resiko pecah. Kemasan kayu umumnya digunakan sebagai
kemasan tersier untuk melindungi kemasan lain yang ada di dalamnya.
Kelebihan kemasan kayu adalah memberikan perlindungan mekanis yang baik terhadap
bahan yang dikemas, karakteristik tumpukan yang baik dan mempunyai rasio kompresi daya tarik
terhadap berat yang tinggi. Penggunaan kemasan kayu untuk anggur dan minuman-minuman
beralkohol dapat meningkatkan mutu produk karena adanya transfer komponen aroma dari kayu ke
produk. Penggunaan peti kayu untuk kemasan teh di beberapa negara juga masih lebih murah
dibandingkan bahan pengemas lain.
Penggunaan kayu baik untuk kemasan maupun untuk keperluan lain seperti bahan bangunan dan
mebel/furniture mempunyai masalah lingkungan dan pembuangan, karena tidak dapat didaur ulang,
sedangkan volumenya cukup besar. Selain itu negara-negara pengimpor seperti Australia juga
meminta adanya sertifikat yang menyatakan kayu tersebut telah mendapat perlakuan khusus untuk
mencegah penyebaran penyakit kayu atau serangga, misalnya perlakuan fumigasi atau perlakuan
kimia lainnya.
Kelemahan lain dari penggunaan kayu sebagai kemasan adalah ketidakcukupan pengetahuan
akan teknik dasar seperti struktur kayu, metode perakitan dan sebagainya. Hingga saat ini perakitan
kemasan kayu masih dilakukan dengan cara yang sederhana, dan jarang sekali dilakukan
pengamatan terhadap kandungan air kayu, rancang bangun/disain yang efisien, pengikatan/
pelekatan tidak dengan jenis pengikat dan ukuran yang benar, sehingga dihasilkan kemasan kayu
dengan kekuatan yang rendah. Akibatnya nilai ekonomis kemasan kayu menjadi rendah.
Walaupun mempunyai kelemahan, tetapi kemasan kayu tetap digunakan pada industri-industri alat
berat dan mesin. Kemasan kayu juga tetap merupakan alternatif untuk menemasan buah-buahan,
sayur-sayuran dan ikan yaitu dengan kemasan kayu berat-ringan (light-weigh wooden). Peranan
kemasan kayu di masa depan masih tetap baik terutama pada aplikasi palet, dan merupakan salah
satu alernatif penting disamping kertas dan plastik. Hal ini disebabkan karena bahan baku kayu dan
tenaga kerja yang masih cukup tersedia. Penggunaan peti kayu untuk transportasi buah, sayur dan
ikan masih mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan, sehingga perlu dikembangkan
pengetahuan akan pembuatan kemasan berbahan baku kayu .
A. JENIS-JENIS KAYU UNTUK KEMASAN
Sebelum menentukan jenis kayu yang cocok untuk kemasan, maka faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan adalah :
- densitas
- kemudahan pemakuan
- ketersediaan
- jenis produk yang akan dikemas
- kekuatan
- kekakuan
- panjang kayu.
Spesies kayu yang telah berbentuk kayu gergajian tidak baik untuk membuat kotak dan peti, tetapi
dapat diproses menjadi kayu lapis kemudian direkatkan dan dibuat menjadi kotak atau peti kayu.
Kayu dengan kualitas yang tinggi biasanya digunakan untuk perabot rumah tangga (furniture), kayu
dengan kualitas sedang untuk bahan bangunan sedang kayu dengan kualitas lebih rendah digunakan
untuk kemasan.
Jenis kayu yang sesuai untuk pengemas biasanya adalah jenis kayu lunak (softwood) seperti pinus
atau Agathis sp dengan densitas antara 270-700 kg/m3. Kayu keras dengan densitas hampir sama
dengan kayu lunak, juga dapat digunakan untuk kemasan.
B. PERENCANAAN DISAIN KEMASAN
Tolok ukur yang digunakan dalam merencanakan disain kemasan didasarkan atas:
a. Faktor Ekonomi
Dalam mendesain kemasan kayu, diperlukan proses alernatif dan bahan-bahan teknik yang tepat
untuk membuat kemasan yang lebih ekonomis. Kemasan kayu berbentuk palet, kotak dan peti
tetap berperan untuk berbagai produk, meskipun harus bersaing dengan palet atau drum dari
polypropilen dan polietilen.
b. Pemakai akhir dan kebutuhan perjalanan (transit)
Disain kemasan tergantung pada sifat dan berat produk, konstruksi kemasan, bahan kemasan dan
kekuatan kemasan, dimensi kemasan, metode dan kekuatan, penanganan selama di jalan.
c. Hubungan antara kayu dan faktor-faktor teknis
Tidak terdapat hubungan antara jenis kayu dengan jenis kemasan tertentu, tetapi karakteristik
kekuatan aktual sangat berhubungan erat dengan jenis kayu, kualitas, tebal, disain peti dan
keahlian tenaga kerja dalam merakit kemasan.
C. SIFAT-SIFAT KAYU
Sifat-sifat kayu ditentukan oleh tipe kayu, perbedaan tipe kayu akan menyebabkan perbedaan
sifat-sifat kayu. Beberapa sifat-sifat kayu yang penting dalam pembuatan kemasan kayu adalah :
1. Sifat Pengerjaan Kayu
Banyak sekali jenis-jenis kayu yang dapat dijadikan sebagai kemasan, dan masing-masing
jenis/spesies mempunyai sifat pengerjaan kayu yang tersendiri, misalnya pemakuan, mesin yang
digunakan, kekerasan kayu dan lain-lain. Sifat-sifat pengerjaan kayu ini penting diketahui apabila
kayu akan dipasarkan atau dipakai untuk industri tertentu.
Proses pengerjaan kayu meliputi pemotongan, pembelahan, pengetaman, pembentukan,
pembubutan, pembuatan lubang persegi, pengeboran dan pengampelasan.
Kekerasan kayu dapat diuji dengan mengukur :
- Sudut pemotongan ideal untuk melihat kekuatan pisau
- Penumpulan dengan menggunakan silika atau bahan pengasah lainnya.
- Kemudahan pemakuan (pada kayu yang keras maka paku tipis akan menjadi bengkok atau
patah).
- Kecenderungan pecah ketika dipaku atau dikeringkan.
- Pengeleman (beberapa kayu yang keras sulit untuk dilem).
2. Densitas Kayu
Densitas relatif atau specific gravity adalah perbandingan antara berat bahan dengan volume air
yang dinyatakan dalam kg/m3. Nilai densias relatif dari kayu merupakan nilai yang tidak tetap,
karena berat kayu per unit volume akan berubah jika kadar air kayu berubah./
Kayu yang mempunyai densitas yang tinggi mempunyai kekuatan dan daya tahan yang baik
terhadap pemakuan. Kayu yang baik digunakan untuk kemasan sebaiknya kayu yang memiliki
densitas tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kayu dengan densitas 650 kg/m3 meskipun tahan
terhadap tekanan tetapi tidak dapat dipaku dengan baik, dan kayu dengan densitats < 350 kg/m3
mempunyai kekuatan mekanis yang rendah.
Kayu dengan densitas tinggi (600-700 kg/m3) dapat digunakan untuk tepi papan dan balok
untuk palet atau sebagai bagian dari bantalan poros dengan beban tinggi. Sedangkan kayu yang
mempunyai densitas rendah (350-450 kg/m3) digunakan untuk komponen-komponen pengemas
seperti bilah-bilah kemasan kayu ringan dan berkawat, bahan pelapis ujung kotak/peti, palet sekali
pakai atau bagian dari kotak.
3. Kadar Air Kayu
Kadar air kayu adalah perbandingan antara beratt air di dalam kayu dengan berat kayu yang
telah dikeringkan dikali dengan 100%. Kayu mempunyai sifat higroskopis, sehingga jika suhu dan
kelembaban relatif di sekitarnya berubah maka kadar air kayu juga akan berubah. Kadar air kayu
yang berkeseimbangan dengan suhu dan RH di lingkungan penyimpanan disebut dengan kadar air
keseimbangan. Penyimpanan kayu sebaiknya dilakukan pada kadar air keseimbangannya, sehingga
kadar airnya tidak mengalami perubahan selama penyimpanan, selama suhu dan RH penyimpanan
tidak berubah.
Kadar air kayu yang akan diolah biasanya 30-40%, karena pada kadar air ini kayu mudah
ditangani, tetapi penyusutan lebih mudah terjadi daripada jika kadar airnya 20%. Untuk mengurangi
kadar air kayu maka dilakukan pengeringan kayu.
D. PEMBUATAN KEMASAN KAYU
Sebelum dibuat menjadi kemasan, maka dilakukan konversi terhadap kayu yang telah
ditebang dari pohonnya. Kayu hasil konversi ini kemudian direkatkan satu dengan yang lainnya
dengan menggunakan bahan-bahan pereka. Jenis bahan perekat dan metode perekatan akan
mempengaruhi kekuatan dari kemasan kayu yang dihasilkan.
1. Jenis-jenis kayu hasil konversi
a. Kayu Gergajian
Kayu gergajian dibuat dengan cara membuang kulit dari kayu log kemudian dilakukan
pemotongan dengan panjang dan lebar sesuai kebutuhan dengan menggunakan mesin
penggergajian (Sawmill). Ukuran kayu yang akan digunakan sebagai bahan pengemas biasanya
adalah 50 x 150 mm atau 25 x 20mm.
b. Kayu Lapis
Kayu lapis dibuat dengan cara mengupas kayu log membentuk lapisan veneer dengan cara
seperti kerja pengerut pensil. Tahap pertama dalam pembuatan kayu lapis adalah bentuk log
dengan kadar air yang tinggi dan konsisten. Mesin pengupas akan mengubah log menjadi
ukuran-ukuran veneer yang permukaannya halus dan mempunyai kecenderungan terhadap
retak/robek yang kecil. Lapisan veneer yang masih basah dikeringkan dengan alat pengering
untuk menurnkan kadar airnya.
Lapisan veneer ini selanjutnya direkatkan satu sama lain dengan menggunakan perekat resin
sintesis. Kayu lapis untuk kemasan biasanya mempunyai jumlah lapisan 3,4,5 atau 7 lapisan.
c. Papan Serat
Papan serat banyak diaplikasikan pada nampan-nampan untuk buah dan sayuran yang
diperkuat dengan pengikat. Kategori papan serat yang cocok untuk bahan pengemas adalah :
- Hardboard standar dengan densitas 800 kg/m3, tebal 2-6 mm.
- Hardboard tahan air dengan densias 960 kg/m3, tebal 3-12 mm
- Medium board dengan densias 500-900 kg/m3, tebal 8-12 mm
d. Papan Partikel
Papan partikel dibuat dari serpihan-serpihan kayu sisa dan direka dengan perekat resin
sintesis. Jenis-jenis papan partikel yaitu :
- Papan kayu chip (wood chipboard)
- Papan kayu flake (flakeboard)
- Papan kayu wafer (waferboard)
- Oriented strandboard
Flakeboard, waferboard dan oriented strandboard merupakan jenis papan partikel yang sesuai
digunakan untuk bahan pengemas karena ringan dan mudah dipaku.
2. Bahan Perekat
Bahan perekat yang digunakan dalam pembuatan kemasan kayu akan mempengaruhi batas
keselamatan selama pengangkutan sehingga perlu diperhatikan. Jenis bahan perekat yang dapat
digunakan adalah :
- baja (tradisional)
- paku
- kawat jepret (staples)
- lem flexible (perekat dari kayu)
3. Jenis Metoda Penggabungan/Pengikatan
a. Pengikatan dengan kawat jepret (stapling), yang digunakan untuk konstruksi palet khusus
b. Pengikatan dengan tali pengikat (strapping)
Pengikatan dengan tali digunakan untuk mengemas secara otomatis atau semi otamatis.
Pengikatan/perekatan dilakukan di bawah tekanan Diaplikasikan pada boks kayu, kotak dan
palet dan banyak digunakan dalam aplikasi pengemasan karena:
- menguatkan kemasan
- melindungi bahan yang dikemas dari resiko kerusakan selama pengangkutan.
- murah, terutama untuk konstruksi kemasan yang tipis
- dapat digunakan sebagai metode penutupan peti di damping metode lain, yaitu
dengan menggunakan ulir dan paku
Jumlah, ukuran dan jenis tali pengikat tergantung pada bentuk, ukuran dan berat pengemas,
bahan pengemas serta penanganannya. Ada 3 jenis tali pengikat yaitu :
- Baja dengan bentuk datar, melingkar dan oval. Kekuatan tarik antara 300-1300 N/
mm2. Permukaannya dapat dilapisi dengan seng, tembaga, wax atau cat atau tanpa
pelapisan (warna natural).
- Weftless (pita kain berpori), terdiri dari lembaran-lembaran yang bersifat kontiniu dari
lapisan teksti; bertegangan tinggi. Diterapkan secara paralel dengan sistem pelekatan yang
menggunakan bahan perekat. Lebarnya sekitar 6-25 mm
- Plastik suhu tinggi (thermoplastik) dengan lebar antara 5-25 mm, diterapkan
membentuk silang pada permukaan segi empat panjang.
c. Pengikatan dengan konstruksi sisi logam (metal edge)
Metode pengikatan dengan konstruksi sisi logam diterapkan dalam merakit peti/kotak dari
kayu lapis. Penyisian logam dilakukan dengan ketebalan yang cukup sehingga dapat
dibengkokkan dan mempunyai daya lentur yang tinggi. Penyisian logam biasanya digabung
dengan paku, paku sumbat/keling yang bercabang dua atau kawat jepret (staples)
d. Pengikatan dengan ikatan kawat (wire bound)
Pada metode ini , bagian samping, atas dan bawah dari boks kayu digabung dengan
kawat yang ditekuk untuk memperoleh bentuk kotak yang kuat. Kedua ujung kotak
dikonstruksikan secara terpisah serta setiap sisi samping, atas dan bawah di kunci dengan
kawat.
4. Pemakuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan kemasan kayu :
- Jenis paku
- Ukuran paku
- Pembuatan spasi atau penempatan paku (posisi paku)
- Ketebalan kayu dan seratnya
Jenis-jenis paku yang digunakan dalam pembuatan kemasan kayu adalah :
- paku kotak standar (umum) - ulir kayu
- paku berlapis resin - paku jepret
- paku lapis seng - paku jepret berlapis resin
- paku berputar - paku beralur (bercincin)
Pelapisan paku bertujuan untuk mencegah korosi
E. JENIS-JENIS KOTAK DAN PALET KAYU
1. Kotak Kayu Gergajian
Kotak/peti kayu gergajian dibuatd ari kayu gergajian yang disusun atau ditumpuk
sesuai dengan ukuran yang mempunyai tebal, lebar dan panjang yang sama. Apabila panjang
kayu tidak sama, maka perbedaan antara kayu terpanjang dan terpendek tidak boleh melebihi
30 cm dan harus rata pada salah satu ujungnya.
Bentuk kotak kayu gergajian adalah berbentuk box dan case, dengan 11 disain dasar,
yaitu :
§ Disain dasar kotak berukuran 500 x 300 x 200 mm (p x l x t) dengan tebal kayu sebesar 0.8
mm dan untuk komponen dasar tebalnya 15 mm yang bertujuan untuk menjaga
keseimbangan kekuatan.
§ Combed Tenon Box (20-100 kg)
Masing-masing ujung sisi dilekatkan dengan combing (tenons) dan direkat dengan perekat
eksternal.
Diaplikasikan pada jenis kotak crate untuk minuman atau field box untuk buah-buahan dan
sayura.
§ Internally battend box
Modifikasi dari jenis kotak dasar tetapi di dalamnya dilengkapi dengan pengikat bentuk
segitiga atau segiempat.
§ Kotak dengan pengikat ujung (Battened End Box, 50-300 kg)
§ Kotak dengan Panel Ujung (Paneled End Box, 50-400 kg)
Dilengkapi dengan pengikat untuk bagian atas dan bawah.
§ Battened Top (Base Case), 50-350 kg
§ Kotak dengan pengikat keliling (Birth Battened Case, 100-400 kg)
§ Kotak panel dan pengikat keliling (Girth Battened and Panneled Case), max 500 kg.
§ Kotak panel dengan tiga pengikat (Triple Battening and Panneled Case)
§ Tiga pengikat dengan Ceruk Panel (Triple Battened with Recessed Panel, 800 kg).
§ Girth Battened Single Braced Case (450 kg).
2. Kotak Kayu lapis
Penggunaan kotak kayu lapis cukup luas untuk transportasi karena :
- ukuran lebih tipis tetapi kekuatannya sama seperti papan kayu gergajian.
- Lebih kecil dan lebih ringan (per unit volumenya)
- Panel lebih seragam
- Daya tahan terhadap retak tinggi
- Pemakuan mudah
- Memberikan perlindungan hawa lebih mudah
Ukuran standar dari kotak kayu lapis adalah 2440 x 1224 mm atau 2400 x 1200 mm. Ukurannya
yang besar mengurangi faktor flekxibilitasnya, selain itu juga banyak menghasilkan bahan sisa yang
tidak terpakai (limbahnya banyak). Untuk mengatasinya dibuat kayu lapis dengan dua yang
berbeda tiap lembarnya dan penggabungan sisa-sisa kayu lapis dengan menggunakan pengikat
dari kayu lunak.
Jenis-jenis kotak kayu lapis :
1. Basic Plywood Box, maksimum 30 kg
2. Battened Top (Base Case), maksimum 40 kg
3. Kotak kayu Lapis Berpanel (Panneled Plywood Case), 300 kg
4. Lock Corner Panneled, 400 kg.
5. Lock Corner/Compression Battened, 600 kg.
3. Kotak Berbingkai (Large Framed Cases)
Jenis kotak ini menjadi alternatif pengganti kotak kayu gergajian dan kotak kayu lapis yang
berukuran besar dan berat. Dua tipe basis dari kotak kayu berbingkai, yaitu : tipe penyangga (skid
type) dan tipe jendela (sill type).
4. Peti Krat (Crates)
Peti krat digunakan sebagai pengemas selama pengangkutan. Untuk memperkuat peti krat maka
rasio antara tinggi kotak dan panjang harus diperhatikan, untuk barang yang berat maka rationya
adalah 1 : 2 (maksimum).
5. Kotak Berkawat (Wirebound Boxes and cases)
Kotak berkawat yaitu peti kayu dimana lembaran sisi-sisi samping, atas dan dasar diikat dengan
tali kawat. Kedua ujung kotak dikonstruksikan secara terpisah, lalu kedua ujung tersebut
dikuatkan dengan cara penguncian sehingga menjadi satu unit boks yang komplit.
6. Kotak dengan Sisi Logam (Metal Edge Boxes and Cases)
Kotak dengan sisi logam menggunakan pemancang logam pada pinggir kotak disamping
pemakuan pengikat kayu lunak untuk membentuk suatu badan panel.
F. PENGAWASAN MUTU KAYU
Mutu kayu gergajian ditetapkan berdasarkan sistem persyaratan cacat yang terdapat pada
kayu, baik jenis, ukuran, jumlah, keadaan dan penyebaran cacat.
1. Penilaian Cacat Lengkung
Penilaian cacat lengkung dilakukan dengan cara mengukur kedalaman lengkung, kemudian
dibandingkan dengan panjang kayu dalam satuan persentase.
2. Penilaian cacat serat miring
Penilaian cacat serat miring dilakukan dengan cara menentukan salah satu serat miring yang
arahnya dominan, kemudian diukur jarak simpang serat tersebut dan dibandingkan dengan
panjang serat sejajar sumbu.
Jika kayu yang akan digunakan untuk kemasan atau akan diekspor mempunyai kadar air
yang tinggi, maka dapat diberikan perlakuan kimiawi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
noda parit atau noda biru yang disebabkan oleh jamur. Bahan kimia yang biasa digunakan adalah
larutan garam berkonsentrasi rendah seperti garam sodium dari pentachlorophenol (Na PCP), yang
harganya murah tetapi cukup efektif untuk mencegah noda.
Penggunaan PCP sebagai bahan anti noda diizinkan oleh Badan Kesehatan dan Keselamaan di
Inggris, dan juga sudah digunakan di negara-negara Skandinavia, USA, Asia Tenggara dan Jepan.
Penggunaan bahan kimia anti noda di negara lain adalah garam-garam inorganik seperti borat dan
copper atau komponen organik amonium.
Penggunaan kemasan kayu dalam pengiriman komoditi ekspor, harus mendapatkan perlakuan
khusus yang bertujuan untuk menghidari adanya mikroorganisme pengganggu yang menyebabkan
kontaminasi. Ada beberapa perlakuan terhadap kayu yang dapat diberikan yaitu :
- Pemanasan (Heat Treatment)
Pemanasan dilakukan dalam waktu dan suhu yang cukup sehingga suhu pada inti kayu
minimal 56oC selama minimal 30 menit serta menurunkan kadar airnya hingga 20%.
- Fumigasi
Fumigasi dilakukan dengan menggunakan bahan kimia metil bromida dengan dosis 2 kg per
100 m3 kayu, suhu ruang pada 21oC selama 24 jam, atau selama 6 jam pada keadaan panas
kering (74oC).
- Pengeringan dengan alat pengering hingga kadar airnya 14%
- Penguapan pada suhu 82oC selama 4 jam.
- Pencelupan dalam larutan borat pada suhu 93oC selama 3.5 jam.
G. APLIKASI KEMASAN KAYU UNTUK BAHAN PANGAN
Kemasan kayu yang berbentuk peti, krats atau tong kayu merupakan bentuk kemasan yang
umum untuk pengangkutan berbagai komoditas dalam perdagangan inernasional. Penggunaan
peti kayu untuk transportasi botol minuman baik untuk melindungi botol agar tidak pecah.
Pengemasan buah segar dalam transportasi hingga saat ini juga masih banyak dilakukan. Kemasan
kayu biasanya digunakan sebagai kemasan tersier yaitu kemasan yang digunakan untuk mengemas
kemasan lain yang ada di dalamnya.
Ada dua metode penanganan yang berbeda untuk pengemasan bahan pangan, penyimpanan
dan pengiriman, yaitu :
1. Kotak dan Nampan , untuk ukuran kecil dengan berat sampai 20 kg.
2. Tabung kontainer untuk produk-produk seperti kentang dan apel (berat sampai 150 kg).
Kedua sistem ini dilengkapi dengan penggunaan alat dorong (forklift).
Bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan kemasan kayu untuk bahan pangan adalah kayu
gergajian, kayu lapis tipis dan papan keras (hard board).
Kayu yang berwarna terang lebih baik dari kayu yang berwarna gelap, karena kayu yang berwarna
gelap biasanya banyak mengandung tanin, yang jika berhubungan langsung dengan bahan yang
dikemas akan mengurangi kesegarannya. Kayu yang digunakan juga harus tanpa perlakuan
kimiawi. Penguatan dilakukan dengan menggunakan kawat jepret (staples), paku atau kawat
lingkar yang dilapisi bahan anti karat. Ketebalan kayu sekitar 3-5 mm untuk kawat jepret dan
kawat lingkar serta 100 mm untuk pemakuan.
Kemasan kayu yang sudah berisi bahan harus diberi anda yang memuat keterangan isi dari
kemasan dengan menggunakan bahan yang mudah dilihat dan tidak mudah luntur. Tanda atau
label pada kemasan kayu harus berisi informasi tentang :
- Nama barang yang dikemas
- Ukuran
- Isi (jumlah atau volume bahan)
- Mutu Kayu
- Jenis Kayu
- Tanda pengenal dan nama perusahaan
H. PALET KAYU
Palet kayu banyak digunakan untuk pergerakan barang dari satu departemen ke departemen lain
dalam suatu perusahaan, atau dari produsen ke konsumen sebagai unit beban. Palet kayu dapat
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1. palet untuk satu kali perjalanan (expendable pallets)
2. palet yang bersifat permanen atau untuk beberapa kali perjalanan.
Palet permanen bisa tahan sampai 15 bulan.
Bagian bawah dari palet kayu terdiri atas dasar dan kaki kemasan yang biasanya berbentuk
datar dan terbuat dari papan yang tersusun teratur dan memiliki jarak ertentu. Kayu gergajian pada
palet mempunyai minimum 2 kaki penyangga yang sesuai dengan panjang kemasan. Dasar alas
kemasan berupa papan kering dan kuat berukuran tebal 2 cm dan lebar 10-15 cm. Kaki alas kemasan
mempunyai tebal 5.0-7.5 cm, lebar 7-10 cm dan panjang disesuaikan dengan panjang kemasan. Kaki
alas kemasan bisa dilepas atau diikat bersama kemasannya dengan paku pada alas.
Dikutip dari :
1. Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar